Kekesalan soal kemacetan di Ibu Kota tidak saja dirasakan warga Jakarta tetapi juga dirasakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Bedanya, warga Ibu Kota mulai memahami kemacetan disebabkan banyak sebab, sedangkan SBY "malah" menimpakan tanggungjawab kemacetan kepada Gubernur Joko Widodo (Jokowi).
Di depan anggota Kamar Dagang dan Industri (KADIN) di Istana Negara, Jakarta, kemarin bahkan SBY meminta anggota KADIN untuk langsung menanyakan penyebab Jakarta masih saja dilanda kemacetan parah kepada Jokowi.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi menganggap SBY "keseleo" lidah dan "keseleo" pemahaman soal pernyataan kemacetan Jakarta hanya ditimpakan ke pundak Jokowi.
Baca Juga : Lihat Sunset dengan biaya dan tenaga terjangkau Karanganyar-Solo
"Ingat, Jokowi memang menjabat Kepala Daerah tapi bisakah kita memahami kebijakan-kebijakan makro lebih banyak diatur oleh menteri-menterinya SBY. Ambil contoh, kebijakan mobil murah yang kini makin membajiri Jakarta, apakah adil kita menyalahkan Jokowi ? Publik pun masih ingat kalau Jokowi dan Ahok menentang habis-habisan kebijakan mobil murah sementara menteri-menteri SBY bernada sama menyetujui kebijakan konyol tersebut," tegas Ari Junaedi saat berbincang dengan Okezone, Selasa (5/11/2013).
Kata dia, jelang paripurna tugasnya sebagai presiden sebaiknya SBY meninggalkan "legacy" yang elok dalam berkomunikasi. Jangan sampai, pernyataan-pernyataan Presiden kontra produktif dengan logika dan nalar rakyat apalagi berlawanan dengan kenyataan.
"Ingat pula, jika pemerintah mau serius untuk membenahi wajah Ibukota yang terkenal macet minta donk para menterinya untuk saling bahu-membahu membantu Jokowi. Minta Pertamina membangun banyak stasiun pengisian bahan bakar gas, dorong PT KAI memperbanyak kereta komuter, desak Kementrian PU membangun jalan. Bukannya malah mendukung membanjirnya mobil murah yang ternyata tidak murah. Kasihan rakyat kalau kita punya Presiden yang suka lempar batu sembunyi tangan," pungkasnya.
Sumber okezone.
0 comments:
Post a Comment